Sejarah
🗳️ Strategi, Ketajaman, dan Pembuktian Lapangan
Dedi memulai kiprah di dunia konsultan politik sejak Pemilu 2009. Ia mendampingi Adnan Purichta Ichsan, yang saat itu mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Sulsel dari Partai Demokrat. Perannya tidak hanya terbatas pada strategi pemenangan, tetapi juga pada pembangunan citra melalui media.
Perjalanan ini terus berlanjut hingga Dedi dipercaya sebagai juru bicara untuk berbagai pasangan calon dalam kontestasi besar seperti Pilwalkot Makassar 2013 dan Pilkada Gowa.
Di Pilkada Gowa, Dedi bahkan pernah mengeluarkan pernyataan berani:
“Jika pasangan Adnan-Kio kalah, saya akan bubarkan DPI.”
“Kredibilitas itu bukan hanya soal metode survei. Semua lembaga punya metode yang sama. Tapi yang membedakan adalah cara kerja di lapangan dan keberanian mengambil sikap,” ujarnya.
🧭 DPI dan Komitmen Etika dalam Survei Politik
Di tengah dinamika politik yang sering kali diwarnai praktik manipulatif, Dedi menjadikan etika sebagai fondasi utama dalam menjalankan DPI. Baginya, survei bukan alat propaganda untuk menyenangkan klien, tetapi instrumen ilmiah untuk membaca realitas sosial secara jujur dan apa adanya.
Ia dengan tegas menolak praktik yang menjadikan data survei sebagai komoditas politik:
“Manipulasi data adalah pengkhianatan terhadap profesi. Hasil survei harus dijaga objektivitasnya. Siapapun kliennya, data tetap harus berbicara jujur.”
Prinsip ini bukan hanya menjadi filosofi pribadi, tetapi juga menjadi nilai dasar yang menggerakkan seluruh tim DPI. Maka tak heran, di tengah maraknya “politik survei” yang menyesatkan opini publik, DPI justru tampil sebagai mercusuar kepercayaan publik, media, dan stakeholder politik.
📈 Membangun DPI: Menggabungkan Riset, Strategi, dan Kejujuran
Dengan latar belakang media yang kuat dan pengalaman mendalam di dunia survei, Dedi merancang DPI sebagai lembaga yang tidak hanya menyajikan angka, tetapi juga menyusun strategi pemenangan yang cerdas dan bermartabat. Di bawah kepemimpinannya, DPI berkembang pesat menjadi mitra strategis bagi para calon kepala daerah, anggota legislatif, hingga partai politik nasional.
Keunggulan DPI terletak pada tiga hal utama:
-
Keakuratan data dan metodologi survei yang teruji
-
Analisis strategis yang tajam dan aplikatif
-
Komitmen etika dan kerahasiaan klien yang tak bisa ditawar
🏆 Menjadi Pembeda di Tengah Kompetisi
Dedi menyadari bahwa saat ini banyak lembaga survei bermunculan. Namun ia yakin, yang membedakan DPI adalah rekam jejak, kejujuran, dan konsistensi dalam menjaga independensi riset. Bukan klaim kosong, melainkan dibuktikan oleh akurasi hasil quick count, kekuatan pemetaan elektabilitas, serta kepercayaan yang diberikan oleh tokoh-tokoh nasional.
DPI berdiri bukan untuk menyenangkan semua pihak. DPI hadir untuk menyuarakan realita berdasarkan data—dan membantu klien menyiapkan strategi terbaik berdasarkan fakta lapangan.
🔒 Etika Adalah Benteng, Bukan Opsi
Bagi Dedi Alamsyah Mannaroi, etika bukan pelengkap, melainkan benteng terakhir yang menjaga kredibilitas sebuah lembaga riset. Dalam setiap proses survei, dalam setiap lembar laporan, dan dalam setiap saran strategi yang diberikan kepada klien—DPI menjaga satu hal: kejujuran terhadap data.
📣 "Kami Tidak Menjual Harapan Palsu. Kami Menyediakan Kebenaran agar Anda Bisa Menang dengan Bermartabat."
— Dedi Alamsyah Mannaroi, CEO DPI
📌 Ingin mengenal lebih dekat integritas dan keahlian DPI dalam mendampingi strategi politik berbasis riset? Hubungi tim kami untuk konsultasi eksklusif bersama pakar survei nasional yang siap membantu Anda memenangkan kepercayaan publik—dengan data, bukan dusta.